Thursday, July 5, 2012

Gajah, Kepik, dan Burung Hantu

Suatu hari, adalah seekor gajah yang berteman dengan seekor kepik. Gajah itu ingin menjadi sekecil kepik, jadi ia bisa terbang bebas dari satu bunga wangi ke bunga wangi ke bunga wangi yang lain.

Si Kepik, di sisi lain, ingin jadi sebesar si Gajah, supaya ia bisa mengangkat batang pohon dengan belalainya.

Seekor burung hantu yang berusaha tidur siang dia sebuah cabang pohon ceri di atas mereka menyuruh mereka diam.




The Elephant, The Ladybug, and The Owl



One day, there was an elephant who made friends with a ladybug. The elephant wants to be as tiny as the ladybug, so that he can fly freely from one fragrant flower to another.

The ladybug, on the other hand, wants to be as big as the elephant so that it can lift a tree trunk with its trunk.

An owl who tries to take a nap on a cherry tree branch above them tell them to shut up.



Monday, July 2, 2012

Kisah Sang Dingin

Si Burung Hantu saat ini sedang terbang melayang meninggalkan kebun buah yang sunyi dan indah. Ia menyeberang ke kota kita, ya, kota Anda wahai pembaca. Ia bertengger di dahan pohon terdekat di jendelamu dan mengawasi segala kegiatan rahasiamu yang kaukira tak ada yang melihat.
Saat ini ia sedang mengawasi mereka yang meringkuk kedinginan, ketika tangan-tangan Sang Dingin berkeretakan mengelus pipi mereka yang gemetar.

***

Dingin sekali malam itu, seperti tidak nyata. Angin tidak bertiup tetapi udara yang diam membawa hawa setajam serpihan es yang menembus kulitmu dan menusuk tulangmu. Seluruh bumi diam tak bergerak, tak sehelai daun pun bergetar dalam kebekuan aneh yang telah berlangsung selama beberapa malam. Jengkerik, gangsir, dan binatang berdesir lainnya bersembunyi di celah-celah kayu, terlalu kaku untuk mendesirkan sayap mereka di dinginnya wengi. Burung-burung liar dan unggas-unggas ternak membenamkan kepala mereka ke dalam leher berbulu lembut yang hangat, bertengger di dahan tertinggi dan terdalam pada pohon-pohon berdaun lebat atau mengerut di dalam kandang yang dihangatkan lampu bercahaya kuning lima watt. Kucing-kucing garong dan anjing-anjing peliharaan bergelung rapat, ekor masing-masing menyaput wajah mereka yang berbulu.
Bulan melayang seorang diri di langit yang gelap. Biru gelapnya sepekat tinta. Bintang-bintang tidak terlihat dari permukaan bumi, tertutup kabut tipis dingin yang melapisi angkasa. Cahaya bulan yang keperakan terkalahkan cahaya artifisial lampu-lampu listrik di daerah berpenduduk padat, tetapi menerangi hutan-hutan dan padang-padang rumput, jalan-jalan setapak sepi dan pantai-pantai perawan di seluruh bumi dengan cahayanya yang misterius tetapi agung. Cahaya itu dingin, seperti hawa yang sedang menggantung di udara dan menusuk-nusuk indera peraba semua makhluk yang diterpanya.
Sang Dingin sedang menguasai dunia.
Sang Dingin adalah wanita yang sudah sangat tua, ia tinggal di berbagai tempat di sudut-sudut bumi ini. Dari rahimnya yang senyap lahir glasier-glasier tertua di dunia yang senantiasa beradu dengan Sang Panas untuk menghasilkan air. Sang Dingin menghantui kolong-kolong dunia, tempat yang dihindari makhluk-makhluk hidup berperadaban. Kau bisa tiba-tiba berhadapan muka dengan Sang Dingin di kolong tempat tidurmu sendiri, di loteng yang berangin dan lembab, di gua-gua kelam tempat kawanan kelelawar besemayam, di luar angkasa, dalam sepotong es lilin atau segelas minuman buah, dalam tempayan air mandimu tiap pagi, dan di antara pepohonan kesepian di padang rumput yang sunyi.
Sang Dingin menyukai kegelapan karena cahaya mengundang panas, tetapi Sang Dingin menghormati Bulan tua yang memancarkan cahaya dingin keperakan yang membuat bayangan paling pekat dari benda-benda di bumi. Ketika Bulan sedang purnama, Sang Dingin menyebarkan hawa dinginnya lebih menggila.
Saat-saat ini ketika malam-malam dan dini hari menjadi dingin tak tertahankan, manusia dan makhluk lain yang memiliki naluri mencari Kehangatan dalam segelas minuman jahe, semangkuk makanan berkuah pedas, sepasang kaus kaki, seoles minyak gosok, atau sehelai selimut tebal. Tetapi mereka tetap kedinginan ketika Sang Dingin menyapa mereka dan mengelus sayang pipi mereka tanpa mereka sadari. Makhluk hidup membenci Sang Dingin…
Sang Dingin juga dapat merasuki hati manusia. Wanita tua ini merayap ke dalam pori-pori dan hinggap di dalam hati kekasih-kekasih yang patah, ayah-ayah yang beranak kesialan, dan anak-anak yang berayah kegegagalan. Perasaan dan pikiran mereka pun tersaput kabut beku sehingga mereka menolak penghiburan, percobaan kembali, dan bahkan kehidupan. Sang Dingin menggerogoti hati-hati mereka yang malang hingga hati-hati itu berlubang-lubang oleh keputus-asaan. 

 ***

Si Burung Hantu terbang lagi dari dahan pohon itu, mengikuti Sang Dingin yang terbang berayun di hati-hati keropos manusia.