Sunday, November 25, 2012

Kakek Lebah



Semua lebah di kebun buah rajin bekerja, mengumpulkan memanisan dari berbagai bunga di lahan yang luas itu. Akan tetapi, pagi itu hujan turun begitu lebat sehingga semua kegiatan di hari cerah tak dapat dilakukan.
Si burung hantu tidur nyenyak di suatu rongga di batang pohon beringin. Si babi juga tidur di liangnya di bawah semak-semak berbunga, ditemani rombongan kupu-kupu yang berteduh di balik daun dan bunga. Lebah-lebah pun berkumpul di dalam sarang mereka yang besar, yang tergantung-gantung di dahan pohon nangka. Lebah, seperti semua binatang yang lain, tidak punya hari Minggu atau pun hari libur lainnya. Mereka beristirahat dari pekerjaan mengumpulkan memanisan hanya di hari hujan seperti ini.

Di pagi hari hujan seperti ini, lebah-lebah muda, anak-anak lebah, dan bayi-bayi lebah berkumpul bersama di ruang rekreasi yang luas dan temaram, minum berbagai pilihan madu bunga. Mereka begitu sibuk menghangatkan diri di sehingga mereka sering lupa ada Kakek Lebah yang duduk sendiri di pojok ruangan.
Kakek Lebah adalah lebah sangat tua yang hidupnya telah panjang dan penuh. Wajahnya yang hitam penuh kerut keriput seperti sebutir kurma. Sayapnya sudah hampir kusut dan sudah buram, tidak transparan lagi. Kakek Lebah sudah tidak pernah terbang jauh-jauh keliling kebun buah mengangkuti madu. Bahkan ia lebih sering duduk-duduk di dalam kelopak bunga mangkok, mengunyah-nguyah benang sari sambil mengawasi cucu-cucunya bekerja keras mengangkut cairan-cairan yang lengket dan manis ke dalam sarang.

Biasanya lebah-lebah muda bergiliran mengurusnya di pagi hari, membantunya bangun dari ranjang yang terbuat dari serbuk lilin, menuntunnya ke pintu dan mendudukkannya di kelopak bunga mangkuk untuk berjemur. Kemudian ketika Kakek Lebah sudah terlihat duduk nyaman dan tangannya sudah bisa menjangkau serbuk sari dengan mudah, lebah muda itu akan meninggalkannya untuk bergabung dengan rombongan lebah muda lain, terbang dari satu bunga ke bunga lain dan mengumpulkan cairan lengket yang manis dan harum itu.

Di hari hujan ini Kakek Lebah ini didudukkan di atas bantal yang terbuat dari kelopak-kelopak bunga lavender yang berwarna ungu. Ia menyandarkan kepalanya yang sudah tua di dinding lilin yang hangat. Matanya yang rabun memandang kerumunan cucu-cucunya. Lebah muda yang membantunya duduk tadi telah pergi bergabung dengan teman-temannya. Lebah-lebah muda itu begitu bersemangat… minum madu banyak-banyak… tidak sabar menunggu hari cerah…Kakek Lebah, ketika nama aslinya masih dipakai, juga pernah bergabung dalam kerumunan muda seperti itu. Kalau tidak salah dulu juga ada lebah tua yang dipanggil Kakek Lebah. Lebah tua itu meninggal. Lalu lebah-lebah yang lebih muda pun jadi tua. Satu persatu teman-temannya meninggal, sampai akhirnya ia menjadi lebah paling tua di koloni. Tanpa sadar ia mewarisi panggilan itu, Kakek Lebah.

Lebah-lebah muda itu… mereka begitu sibuk tumbuh besar, sampai lupa bahwa ia semakin hari makin tua pula.

Kakek Lebah menutup matanya. Sayapnya terkulai. Antenanya merosot.

Di suatu tempat di kebun buah, si burung hantu tidur nyenyak di suatu rongga di batang pohon beringin. Si babi juga tidur di liangnya di bawah semak-semak berbunga, ditemani rombongan kupu-kupu yang berteduh di balik daun dan bunga. Di suatu tempat di kebun buah, di antara hujan yang turun dengan derasnya, sekuncup bunga mangkok kecil mekar, membuka kelopaknya lebar-lebar karena rasa penasarannya mengenai dunia yang baru dimasukinya ini.

No comments:

Post a Comment