Tuesday, June 26, 2012

Gadis Pemain Cello




Di dalam kebun buah ada sebuah tempat bernama Musim Gugur. Pohon-pohon di sana semuanya tertutup daun-daun dan buah-buah sewarna api. Ada satu barisan panjang pohon-pohon ginko kuning and satu bukit kecil yang penuh pohon pinus jingga. Daun-daun merah dari sulur-suluran anggur menjulur di mana-mana. Selain itu tanahnya tertutup daun-daun gugur yang sewarna api.

Si Kepik dan Gajah sedang jalan-jalan sore ketika mereka sampai ke sana, dan matahari sedang tenggelam dalam warna-warna yang menyala. Kedua hewan itu penuh dengan melankolia ketika mereka melihat senja dalam beragam warna-warna jingga, merah, jambu, nila, dan bahkan biru.

"Dulu ada seorang gadis pemain cello," Kepik memulai ceritanya. "Dan ia sedang dipeluk musim gugur seperti ini  ketika ia membuat keputusan terpenting dalam hidupnya."

***

 The girl was standing under a tree whose leaves have gone orange. The autumn shade brightened her dark face. Her black eyes had just dried from tears.

Gadis itu berdiri di bawah pohon yang daun-daunnya sudah merona jingga. Cahaya musim gugur menerangi wajahnya yang gelap.

Nah.



Kedua tangannya menggenggam leher cello itu dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Ia telah menjual sapinya, sapinya satu-satunya untuk membeli cello ini -yang paling murah di toko musik. Cello itu telah membelikan sapinya kembali. Ia bahkan telah punya lebih banyak sapi sekarang, lebih banyak dari yang pernah ia punya, dari uang yang ia dapat lewat bermain cello. Cello itu telah memberinya ketenaran, teman-teman baru, pengalaman tak terhingga . . . dan cello itu telah membawanya ke banyak tempat di dunia yang tidak akan pernah ia datangi jika ia tidak bermain cello. Kekayaan dan ketenaran, itu lah yang telah diberikan oleh cello itu untuknya. 

Dengan wajah datar, dibantingnya cello itu ke tanah. Cello itu pecah menjadi serpihan di atas lapisan dedaunan jingga, kuning, dan merah. Dipatahkannya bow cello itu menjadi dua. Dilemparkannya di atas tumpukkan serpih kayu cello. Ia mendesah. Ia mulai berjalan ke rumah untuk memulai lukisannya. Lukisan yang selalu ia gambar diam-diam di dalam kepalanya, di tempat yang sama di mana ketakutannya bahwa tidak akan ada yang mempedulikan lukisannya bertumbuh.

Akan tetapi, ia tahu bahwa dari awal yang selalu ingin ia lakukan adalah melukis. Bukannya bermain cello.

***
"Gadis konyol,"kata si Gajah.
"Memang,"kata si Kepik. "Tetapi ia akan menjadi lebih bahagia. Ia akan menjadi tua dan bahagia."






2 comments:

  1. semoga si gadis selalu bahagia, dalam setiap keputusan yg dibuatnya..... aminn, aminn.

    ReplyDelete
  2. In this article, I will cover some things you need to keep in mind when checking out violin lessons for kids. cello tuner

    ReplyDelete